Pertanyaan saya, yang dijadiin sampel kan ribuan Tempat Pemungutan Suara (TPS) tuh. Gimana caranya milih sampel yang tepat, atau kalau dalam bahasa statistik tadi, sampel yang dapat merepresentasikan populasi? Dosen saya menjawab “Nah itu seninya memilih sampling..” He??
Saya penasaran kenapa di ilmu statistik yang udah muncul ratusan taun, yang semakin kesini pastinya semakin advance, ada pertanyaan sederhana yang ga bisa dijawab? Dan fenomena “hal sederhana yang ga terjawab” ini ternyata berlaku di banyak kesempatan.
Misalnya nih ya, di sebuah organisasi yang basic ilmunya, ilmu kepemimpinan, udah dipelajari sejak manusia berkoloni di bumi, kadang terjadi situasi dimana anggota ga lagi nurut sama ketuanya. Lalu timbul pertanyaan sederhana, “Qo anggotanya ga nurut sih?”. Jawabannya pasti “Nah itu seninya jadi pemimpin!!”
HIpotesis saya, seni adalah kambing hitam, hehe. Maksudnya di berbagai disiplin ilmu atau hal apapun, ada prosedur yang harus diikuti sebagai cara buat mengaplikasikan teori ke dalam praktek. Tapi pada kondisi tertentu ada hal-hal yang ga bisa diterangin sama teori. Untuk hal-hal yang sifatnya di luar domain sebuah ilmu tadi, kita lalu seenaknya menyebutnya “seni”. Hoho, kasian sekali seni ini. Jadi alasan kalo kita udah mentok di satu masalah. Tapi gapapa, itu seninya jadi seni, haha..
3 comments:
haha,stuju ak rak..
tu kalo bahasa medik nya 'idiopatik' alias blm diketahui...
jadi 'idiopatik' = seni !!
hehe
jd kalo ada orang mati tanpa sebab,,bilang aja itu seni,beres deh..haha
stuju bgt dah pkoknya!
hmm.. statistik emang membuat berbagai macam istilah, sampe seni sgala... eh iyya,, nge-blog juga itu seni lho...:D *gk nyambung* :D
Commentnya telat setahun nih:
Banyak kalangan "seniman" kontra sama UU APP dgn alasan "mematikan kreatifitas (seni)"
salah satu dosen Desain Produk ITB pernah bilang...
"kreatifitas justru dikatakan berhasil, kalau pelakunya dapat berkarya dalam kondisi yang terbatas."
kalau dalam kondisi "bingung mau jawab apa", terus dosen "Metode Penelitian" itu bisa jawab pertanyaan raka...baru dia boleh bilang kalau dia itu "seniman". hehe...
Post a Comment